ILMU
PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN
Bab
I
Pendahuluan
Pendahuluan
A.
Latar belakang
Ilmu
pengetahuan, teknologi, dan kemiskinan merupakan bagian-bagian yang tidak dapat
dibebaskan dan dipisahkan dari suatu sistem yang berinteraksi, interelasi,
interdependensi, dan ramifikasi (percabangannya).
Ilmu
pengetahuan dan teknologi memiliki kaitan yang jelas, yakni teknologi merupakan
penerapan dari ilmu pengetahuan. Selain itu, teknologi juga mengandung ilmu pengetahuan
didalamnya. Ilmu pengetahuan digunakan untuk mengatahui apa sedangkan teknologi
digunakan untuk mengatahui bagaimana.
Sedangkan dalam hal kemiskinan
struktural terjadi dari perbuatan manusia kepada manusia lainnya yang ternyata
timbul dari struktur politik, ekonomi, dan teknologi yang dibuat oleh manusia.
Perubahan teknologi yang maju cepat mengakibatkan kemiskinan yang dikarenakan
perubahan keadaan yang fundamental. Keadaan ekonomi yang menyebabkan kemiskinan
merupakan sub sistem atau sub struktur dari sistem kemasyarakatan karena pola
relasi antara manusia dengan sumber kemakmuran dari hasil produksi dan
mekanisme pasar. Yang termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan masalah dalam
makalah ini adalah:
1. Apa
itu ilmu pengetahuan
2. Apa
itu teknologi
3. Ilmu
pengetahuan, teknologi, dan nilai
4. Kemiskinan
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui hal tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, dan kemiskinan.
.
D.
Manfaat Penulisan
Bermanfaat
bagi pembaca dapat menjadi referensi, memperluas wawasan dan pemahaman mengenai
ilmu pengetahuan, teknologi, dan kemiskinan.
Bab
II
Pembahasan
Pembahasan
A. Ilmu Pengetahuan
Ilmu
pengetahuan adalah semua usaha sadar untuk menemukan, menyelidiki dan juga
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai macam segi kenyataan dalam alam
manusia. Segi-segi tersebut dibatasi supaya dapat dihasilkan berbagai macam
rumusan yang pasti. Ilmu memberikan suatu kepastian dengan membatasi lingkup
pandangannya serta kepastian ilmu didapat dari keterbatasannya.
Ilmu
bukan hanya sekadar pengetahuan (knowledge) tapi ilmu juga merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan berbagai macam teori yang disepakati serta dapat secara
sistematik diuji dengan seperangkat metode yang telah diakui dalam bidang ilmu
tertentu.
Ilmu pengetahuan dikalangan ilmuan ada keseragaman pendapat, bahwa ilmu itu
tersusun dari pengetahuan secara teratur, yang diperoleh dengan pangkal tumpuan
(objek) tertentu dengan sistematis, metode, rasional/logis, empiris, umum, dan
akumulatif. Pengertian pengetahuan sebagai
istilah filsafat tidaklah sederhana karena bermacam-macam pandangan dan teori
(epistimologi), diantaranya pandangan aristoteles, bahwa pengetahuan merupakan pengetahuan yang dapat di inderai dan dapat merangsang budi.
menurut descartes ilmu pengetahuan merupakan serba budi. oleh bacon dan david
home diartikan sebagai pengalaman indera dan batin. Menurut immanuel kant
pengetahuan merupakan persatuan budi dan pengalaman. Dari berbagai macam pandangan tentang pengetahuan di peroleh sumber-sumber pengetahuan berupa ide, kenyataan, kegiatan akal-budi, pengalaman, sentesis budi atau meragukan karena tak
adanya sarana untuk mencapai pengetahuan yang pasti.
Pembentukan ilmu akan berhadapan dengan objek yang merupakan bahan dalam penelitian,
meliputi objek material sebagai bahan yang menjadi tujuan penelitian bulat dan
utuh, serta objek formal, yaitu sudut pandangan
yang mengarah kepada persoalan yang menjadi pusat perhatian.
Langkah-langkah dalam memperoleh ilmu
dan objek ilmu meliputi rangkaian
kegiatan dan tindakan. Dimulai dengan pengamatan, yaitu suatu kegiatan
yang di arahkan kepada fakta yang
mendukung apa yang dipikirkan untuk sistemasi, kemudian menggolong-golongkan
dan membuktikan dengan cara berpikir analisis, sintesin, induktif dan
deduktif. Yang terakhir ialah pengujian kesimpulan dengan menghadapkan
fakta-fakta sebagai upaya mencari berbagai hal yang merupakan pengingkaran.
Untuk mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan objektif di perlukan sikap
yang bersifat ilmiah. Bukan membahas tujuan ilmu, melainkan mendukung dalam
mencapai tujuan dalam ilmu itu sendiri, sehingga benar-benar objektif, terlepas
dari prasangka pribadi yang bersifat subjektif. Sikap yang bersifat ilmiah itu
meliputi empat hal:
a) Tidak ada perasaan yang
bersifat pamrih sehingga mencapai pengetahuan ilmiah yang objektif.
b) Selektif, artinya mengadakan
pemilihan terhadap problema yang
dihadapi supaya didukung oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan
terhadap hipotesis yang ada.
c) Kepercayaan yang lekang terhadap
kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap alat indera dan budi
yang di gunakan untuk mencapai ilmu.
d) Merasa pasti bahwa setiap
pendapat, teori maupun oksioma terdahulu
telah mencapai kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan kembali.
B.
Teknologi
Teknologi
adalah pemanfaatan ilmu untuk memecahkan suatu masalah dengan cara mengerahkan
semua alat yang sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan skala nilai yang ada.
Teknologi bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis serta untuk
mengatasi semua kesulitan yang mungkin dihadapi. Selain menimbulkan dampak
positif bagi kehidupan manusia, terutama mempermudah pelaksanaan kegiatan dalam
hidup, teknologi juga memiliki berbagai dampak negatif jika tidak dimanfaatkan
secara baik. Contoh masalah akibat perkembangan teknologi adalah kesempatan
kerja yang semakin kurang sementara angkatan kerja makin bertambah, masalah
penyediaan bahan-bahan dasar sebagai sumber energi yang berlebihan dikhawatirkan
akan merugikan generasi yang akan datang.
Dalam
konsep yang pragmatis dengan kemungkinan berlaku secara akademis dapatlah
dikatakan bahwa pengetahuan (body of knowledge), dan teknologi sebagai suatu
seni (state of arts ) yang mengandung pengetian berhubungan dengan proses
produksi; menyangkut cara bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja
dan ketrampilan dikombinasikan untuk merealisasi tujuan produksi. “secara
konvensional mencakup penguasaan dunia fisik dan biologis, tetapi secara luas
juga meliputi teknologi sosial, terutama teknoogi sosial pembangunan (the
social technology of development) sehingga teknologi itu adalah merode
sistematis untuk mencapai tujuan insani (Eugene Stanley, 1970).
Teknologi
memperlihatkan fenomenanya alam masyarakat sebagai hal impersonal dan memiliki
otonomi mengubah setiap bidang kehidupan manusia menjadi lingkup teknis.
Jacques Ellul dalam tulisannya berjudul “the technological society” (1964)
tidak mengatakan teknologi tetapi teknik, meskipun artinya sama. Menurut Ellul
istilah teknik digunakan tidak hanya untuk mesin, teknologi atau prosedur untuk
memperoleh hasilnya, melainkan totalitas metode yang dicapai secara rasional
dan mempunyai efisiensi (untuk memberikan tingkat perkembangan) dalam setiap
bidang aktivitas manusia. Jadi teknologi penurut Ellul adalah berbagai usaha,
metode dan cara untuk memperoleh hasil yang distandarisasi dan diperhingkan
sebelumnya
Fenomena teknik pada
masyarakat kini, menurut Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
a.
Rasionalitas
Rasionalitas, tindakan
spontak oleh teknik yang diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan
perhitungan rasional.
b.
Artifisialitas
Artifisialitas, suatu
tindakan yang selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah.
c.
Otomatisme
Otomatisme, dalam hal
metode organisasi dan rumusan dilaksanakan serba otomatis. Demikian pula dengan
teknik mampu mengelimkinasikan kegiatan non-teknis menjadi kegiatan teknis.
d.
Teknis berkembang pada suatu kebudayaan
e.
Monisme
Semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung.
f.
Universalisme
Teknik melampaui batas-batas
kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan.
g.
Otonomi
Teknik yang berkembang
menurut prinsip-prinsip sendiri.
C. Ilmu Pengetahuan,
Teknologi, dan Nilai
Ilmu pengetahuan dan teknologi sering dikaitkan dengan nilai atau moral.
Hal ini besar perhatiannya dirasakan dampaknya melalui kebijakan pembangunan
yang pada hakikatnya adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penerapan
ilmu pengetahuan khususnya teknologi sering kurang memperhatikan masalah nilai,
moral atau segi-segi manusiawinya. Ilmu dapatlah dipandang sebagai produk,
sebagai proses, dan sebagai paradigma etika (Jujun S. Suriasumantri, 1984).
Ilmu dipandang proses karena ilmu merupakan hasil dari kegiatan sosial,
yang berusaha memahami alam, manusia dan perilakunya baik secara individu atau
kelompok.
Ilmu adalah
diperoleh melalui kegiatan metode ilmiah atau epistemologi. Jadi, epistemologi
merupakan pembahasan bagaimana mendapatkan pengetahuan. Epistemologi ilmu
terjamin dalam kegiatan metode ilmiah. Metode ilmiah adalah kegiatan menyusun
tubuh pengetahuan yang bersifat logis, penjabaran hipotesis dengan deduksi dan
verifikasi atau menguji kebenarannya secara faktual; sehingga kegiatannya
disingkat menjadi logis-hipotesis-verifikasi atau deduksi-hipotesis-verifikasi.
Sedangkan pengetahuan adalah pikiran atau pemahaman di luat atau tanpa kegiatan
metode ilmiah, sifatnya dapat dogmatis, banyak spekulasi dan tidak berpijak
pada kenyataan empiris. Sumber pengetahuan dapat berupa hasil pengalaman
berdasarkan akal sehat (bommon sense) yang disertai mencoba-coba, intuisi
(pengetahuan yang diperoleh tanpa penalaran) dan wahyu (merupakan pengetahuan
yang diberikan Tuhan kepada para Nabi atau utusannya).
Tiga komponen
penyangga tubuh pengetahuan:
a. Epistemologis:
merupakan cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi tubuh
pengetahuan.
b. Ontologis:
hakikat apa yang dikaji oleh pengetahuan, sehingga jelas ruang lingkup wujud
yang menjadi objek penjelasannya, merupakan objek formal dari suatu pengetahuan
c. Aksiologis: asas
menggunakan ilmu pengetahuan atau fungsi dari ilmu pengetahuan.
Kaitan ilmu
dan teknologi dengan nilai atau moral, dalam hal ini sikap ilmuwan dibagi
menjadi dua golongan:
1.
Golongan yang menyatakan ilmu dan teknologi adalah
bersifat netral terhadap nilai-nilai baik secara ontologis maupun secara
aksiologis, soal penggunaannya terserah kepada si ilmuwan itu sendiri, apakah
digunakan untuk tujuan baik atau tujuan buruk.
2.
Golongan yang menyatakan bahwa ilmu dan teknologi itu
bersifat netral hanya dalam batas-batas metafisik keilmuwan, sedangkan dalam
penggunaan dan penelitiannya harus berlandaskan pada asas-asas moral atau
nilai-nilai, golongan ini berasumsi bahwa ilmuwan telah mengetahui ekses-ekses
yang terjadi apabila ilmu dan teknologi disalahgunakan.
Upaya untuk
menjinakan teknologi di antaranya:
1.
Mempertimbangkan atau kalai perlu mengganti kriteria
utama dalam menolak atau menerapkan suatu inovasi teknologi yang didasarkan pada
keuntungan ekonomis atau sumbangannya kepada pertumbuhan ekonomi.
2. Pada tingkat
konsekuensinya sosial, penerapan teknologi harus merupakan hasil kesepakatan
ilmuwan sosial dari berbagai disiplin ilmu.
D. Kemiskinan
Kemiskinan
adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar,
ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.
Kemiskinan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk problema yang muncul dalam kehidupan masyarakat, khususnya pada negara-negara yang sedang berkembang, tetapi tidak berarti pada negara maju tidak ada orang yang miskin karena kemiskinan merupakan masalah global.
Kemiskinan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk problema yang muncul dalam kehidupan masyarakat, khususnya pada negara-negara yang sedang berkembang, tetapi tidak berarti pada negara maju tidak ada orang yang miskin karena kemiskinan merupakan masalah global.
Kemiskinan
lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup
yang pokok. Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian,
tempat berteduh, dan lain-lain. Garis kemiskinan yang menentukan batas minimum
pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi
oleh tiga hal :
1.
Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan
2.
Posisi manusia dalam lingkungan sekitar
3.
Kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi
Persepsi manusia
terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
adat istiadat, dan sistem nilai yang dimiliki. Dalamhal ini garis kemiskinan
dapat tinggi atau rendah. Terhadap posisi manusia dalam lingkungan sosial,
bukan ukuran kebutuhan pokok yang menentukan, melainkan bagaimana posisi
pendapatannya ditengah-tengah masyarakat sekitarnya. Kebutuhan objektif manusia
untuk bisa hidup secara manusiawi ditentukan oleh komposisi pangan apakah
benilai gizi cukup dengan nilai protein dan kalori cukup sesuai dengan tingkat
umur, jenis kelamin, sifat pekerjaan, keadaan iklim dan lingkungan yang
dialaminya.
Kemiskinan menurut
pendapat umum dapat dikategorikan ke dalam 3 kelompok, yaitu:
a.
Kemiskinan yang disebabkan aspek badaniah atau mental seseorang. Pada aspek
badaniah, biasanya orang tersebut tidak bisa berbuat maksimal sebagaimana
manusia lainnya yang sehat jasmani. Sedangkan aspek mental, biasanya mereka
disifati oleh sifat malas bekerja dan berusaha secara wajar, sebagaimana
manusia lainnya.
b.
Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam. Biasanya pihak pemerintah
menempuh dua cara, yaitu memberi pertolongan sementara dengan bantuan
secukupnya dan mentransmigrasikan ke tempat hidup yang lebih layak.
c.
Kemiskinan buatan atau kemiskinan struktural. Selain disebabkan oleh
keadaan pasrah pada kemiskinan dan memandangnya sebagai nasib dan takdir Tuhan,
juga karena struktur ekonomi, sosial dan politik.
Menganut teori
fungsional dari statifikasi (tokoh Davis),
maka kemiskinan memiliki sejumlah fungsi yaitu:
1. Fungsi ekonomi
Penyediaan tenaga untuk pekerjaan
tertentu, menimbulkan dana sosial, membuka lapangan pekerjaan dan memanfaatkan
barang bekas (masyarakat pemulung).
2. Fungsi sosial
Menimbulkan altruisme
(kebaikan spontan) dan perasaan, sumber imajinasi, sebagai ukuran kemajuan dan
merangsang munculnya badan amal.
3. Fungsi kultural
Sumber inspirasi
kebijaksanaan teknokrat dan sumber inspirasi sastrawan dan memperkaya budaya
saling mengayomi antar sesama manusia.
4. Fungsi politik
Sebagai kelompok
gelisah atau masyarakat marginal untuk musuh bersaing bagi kelompok lain.
Bab
III
Penutup
Penutup
Kesimpulan:
Kemiskinan
sering sekali dikaitkan dengan ilmu pengetahuan. Banyak orang yang menilai
bahwa orang yang miskin itu berarti orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang
kurang sehingga mereka tidak mampu untuk mencapai penghasilan yang banyak, atau
bahkan ereka cenderung malas untuk bekerja.
Ilmu
pengetahuan, teknologi dan kemiskinan adalah sesuatu yang bertentangan.
Teknologi diciptakan oleh manusia demi kesejahteraan umat manusia dan untuk
memenuhi kebutuhan manusia dengan arti menciptakan, mencari kesenangan manusia,
melindungi dari malapetaka, kelaparan, melindungi dari bahaya kekejaman alam
serta memenuhi kebutuhan pokok manusia.
Bab
IV
Referensi
Referensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar